Gunung Kunci atau benteng peninggalan Belanda ini merupakan Benteng tua yang berada di wilayah Sumedang.Letaknya pun tidak jauh dari pusat Kota Sumedang. Benteng ini berdiri di Gunung Panjunan, namun masyarakat lebih mengenal tempat ini dengan sebutan Gunung Kunci. Dinamakan demikian karena di gerbang masuk ke benteng ini terdapat lambang kunci menyilang. Sebenarnya Gunung Kunci sendiri tidaklah berarti gunung dalam artian gunung yang besar seperti Gunung Tampomas. Bisa dikatakan penamaan gunung itu karena letaknya yang berada di sebuah bukit yang berada di tengah Kota, tepatnya di Kelurahan Kotakulun, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Bila dilihat sekilas, Gunung Kunci yang terletak di Kabupaten Sumedang, hanya sekira 500 meter dari Alun-Alun Sumedang, tampak seperti bukit alami biasa. Bukit tinggi dipenuhi pepohonan, terutama pepohonan sejenis pinus, juga tumbuhan-tumbuhan lainnya. Siapa sangka di dalamnya terdapat sebuah benteng bersejarah peninggalan masa penjajahan Belanda jalan dahulu. Luas benteng ini kurang lebih sekitar 2.600 m2 dengan luas bunker yang mencapai sekitar 450 m2. Rincianya, benteng ini terdiri dari tiga lantai, meliputi ruangan untuk prajurit, perwira, tahanan dan benteng itu sendiri. Semua dilapisi dengan beton setebal 1 meter. Beberapa ruangan terdapat meja, tempat duduk dan tempat tidur yang semuanya juga dibuat dari beton. Ditambah pula dengan lorong yang memiliki panjang kurang lebih 200 m dan memiliki penghubung antara ruangan dengan gua-gua buatan yang ada di dalamnya. Gerbang masuk ke Gunung Kunci dengan lambang kunci menyilang pada bagian atas Lorong di bagian dalam Gunung Kunci Menurut beberapa sumber yang beredar, benteng yang dikamuflasekan sebagai sebuah bukit ini dibangun oleh Belanda di masa Perang Dunia I, tepatnya sekitar tahun 1914-1917 dan diresmikan pada tahun 1918. Mengapa benteng ini dibangun di tengah Kota Sumedang dan dikamuflasekan layaknya sebuah bukit ? Perlu diketahui, dengan desain benteng yang dibuat melingkar dan berdiri di tempat yang lebih tinggi di tengah Kota Sumedang ini memudahkan Belanda untuk mengintai gerak-gerik mencurigakan atau tanda-tanda akan terjadinya serangan. Meriam-meriam di benteng ini pun dipasang melingkar mengikuti desain benteng, yang sudah tentu diarahkan ke Kota Sumedang dan tempat-tempat strategis lainnya. Dengan sekali serangan dari benteng ini, akan mudah bagi Belanda untuk memporak-porandakan Kota Sumedang seandainya ada serangan yang datang dari arah kota tersebut. Selain itu, di tempat ini terdapat lorong-lorong dan bunker-bunker yang berfungsi sebagai pertahanan dan penyimpanan senjata. Ruang-ruang tahanan dan sebuah sumur juga melengkapi benteng ini. Pintu gerbang dan jalan setapak untuk memasuki obyek wisata Gunung Kunci Kini, Gunung Kunci menjadi salah satu tempat wisata sejarah di Sumedang yang dapat anda kunjungi. Dengan membayar retribus sekitar Rp3.000 untuk orang dewasa dan Rp2.000 untuk anak-anak di pos pintu masuk Wisata Alam Gunung Kunci, anda bisa langsung memasuki tempat tinggi ini dengan melalui jalan setapak yang diperkeras secara permanen. Di sana juga terdapat sarana umum seperti toilet dan warung sekadar tempat menghilangkan lapar dan dahaga, meski secara terbatas. Meskipun Gunung Kunci telah menyandang status sebagai tempat wisata sejarah, namun tidak secara otomatis menjadikan Gunung Kunci sepopuler Kota Tua Jakarta, misalnya. Perhatian generasi masa kini akan peninggalan sejarah masih minim, terlebih untuk di luar wilayah ibu kota seperti di Sumedang. Khusus untuk Gunung Kunci, dipadu dengan pemandangan yang indah di wilayah tersebut seharusnya dapat menarik minat besar generasi masa kini agar mereka mau belajar sejarah lokal yang ada di tempat mereka. Ditambah lagi, kenyamanan juga harus diperhatikan oleh pihak – pihak terkait, dalam hal ini adalah jajaran pemerintahan Kota Sumedang. Agar peninggalan sejarah ini dapat terpelihara dengan baik. Tahura Gunung Kunci Akan Direvitalisasi Menjadi Objek Wisata Sumedang Park Kawasan wisata Tahura (Taman Hutan Raya) Gunung Kunci dan Gunung Palasari, Sumedang akan dikembangkan menjadi objek wisata Sumedang Park. Kawasan yang berada di Jalan Pangeran Sugih, Kecamatan Sumedang Selatan itu akan direvitalisasi menjadi objek wisata alam, budaya, sejarah dan edukasi. PT Daya Inti Selaras (DIS) sebagai calon investor pembangunan menyebut Tahura Gunung Kunci dapat menjadi kawasan wisata yang potensial. Selain pemandangan alamnya indah, sejuk dan lokasinya strategis, juga terdapat cagar budaya berupa benteng pertahanan peninggalan zaman kolonial Belanda. Di dalam benteng itu pun, terdapat beberapa gua Belanda yang bisa dijadikan wisata sejarah bagi para pengunjung. “Dari hasil studi kami, Tahura Gunung Kunci dan Palasari ini sangat layak dimanfaatkan dan dikembangkan menjadi kawasan wisata alam, budaya, sejarah dan edukasi bagi masyarakat. Seandainya tahura ini jadi dibangun, kami akan pertahankan peninggalanan cagar budayanya. Ini sesuai saran pak bupati. Pengembangan tahura ini bisa berjalan harmonis sesuai konsep awal, tanpa mengganggu cagar budaya yang ada,” kata Direktur Utama PT Daya Inti Selaras Dany Rinaldy usai “Ekspose Investasi Penataan Tahura Gunung Kunci dan Palasari” di kantor Induk Pusat Pemerintahan (IPP) Pemkab Sumedang, Rabu, 17 Juli 2019. Menurut dia, mudah saja bagi investor untuk menanamkan modalnya, sepanjang ada kepastian hukum, investasi dan tidak ada resistensi dari masyarakat sekitar. Dalam rencana pengembangannya, PT DIS tidak akan menitikberatkan mencari uang atau keuntungan, melainkan membangun kawasan wisata yang bernuansa edukasi bagi masyarakat. Terlebih kondisi tahura sarat akan potensi wisata alam, budaya, sejarah dan edukasi. “Ini yang akan kami kembangkan. Di tahura, tidak perlu membagun kafe-kafe modern. Justru, kami akan membantu pemda mempromosikan berbagai produk unggulan Sumedang. Contohnya, tahu Sumedang. Seluruh masyarakat di Indonesia pasti kenal tahu sumedang. Akan tetapi, sedikit yang tahu bagaimana cara mengolahnya. Nah, sebagai mitra bisnis, mungkin kita akan membuka beberapa stand khusus untuk mengedukasi pengunjung bagaimana memproduksi tahu,” ujar Dany.